08/Mar/2021

 Dr. dr. Made Agus Mahendra Inggas, SpBS.

 Kanker otak merupakan penyakit yang berakibat sangat fatal bagi penderitanya. Sampai saat ini sebanyak 120 jenis tumor di otak telah diketahui dimana sebagian tumor itu tidak bisa diterapi dan berujung dengan kematian. Deteksi dini dan penanganan yang komprehensif sangat mempengaruhi apakah penderita bisa bertahan hidup atau tidak?, dan walaupun memang bisa bertahan hidup dengan kanker otak, apakah bisa menjalankan kehidupan sehari-hari dengan kualitas hidup yang baik?.

Deteksi dini kanker otak dengan hanya menunggu tanda dan gejala muncul membuat terapi yang diberikan sangat terlambat, disamping itu yang terpenting adalah setiap orang akan mengalami tanda dan gejala kanker otak yang berbeda-beda. Tidak ada tanda dan gejala yang seragam sebagai ciri khas adanya kanker di otak kita. Semua itu tergantung dari faktor kanker (lokasi, ukuran, jenis, hormonal, jaringan penting sekitarnya dan lain-lain) dan faktor penderitanya (usia, daya tahan tubuh, penyakit lain, psikis dan lain-lain).

Begitu pula dengan penanganan kanker otak, tidak ada karakteristik tindakan yang bisa dikerjakan untuk semua kanker di otak. Setiap jenis kanker di otak memiliki protokol terapi yang berbeda-beda. Namun yang perlu diketahui adalah setiap kanker selalu memerlukan informasi tentang jenis kankernya untuk menjadi panduan terapi berikutnya seperti radiasi, kemoterapi, hormonal terapi, targeted therapy, imunoterapi, gen therapy dan lain-lain. Untuk mengetahui jenis kanker di otak bisa dilakukan dengan beberapa cara pembedahan yakni biopsi stereotaxi, biopsi terbuka maupun craniotomy gross tumor removal.

Mari kita kembali ke topik deteksi dini dulu karena ini sangat penting dalam keseluruhan penanganan kanker otak. Sudah menjadi postulat bahwa semakin dini suatu kanker di otak atau dimanapun dalam tubuh diketahui maka akan semakin mudah ditangani, akan semakin baik angka harapan hidup juga semakin baik kualitas hidup penderitanya.

Semua dari kita telah secara berkala melakukan medical check up untuk kesehatan kita, namun sepertinya dijaman sekarang dimana faktor resiko untuk kanker otak semakin tinggi dan banyak, medical check up tidaklah cukup. Brain check up sangat penting untuk dilakukan karena angka kejadian kanker otak dalam kurun waktu 10 tahun ini pesat meningkat. Brain check up cukup dengan MRI (Magnetic resonance imagine) kepala (dengan kontras kalau perlu). Dan semakin besar ukuran Tesla suatu mesin MRI akan makin baik dalam mendeteksi adanya kelainan di  dalam otak. Pemeriksaan MRI tidak ada pengaruh radiasinya karena hanya bekerja dengan medan magnet sehingga dari ibu hamil, bayi sampai orang tua renta, bahkan beberapa kali dalam sehari tidak akan memberikan efek radiasi kepada penderitanya.

Deteksi dini dengan Brain check up MRI  membuat kita merasa yakin dan nyaman bahwa kita memang tidak menghidap satu penyakit yang sangat menakutkan di otak kita. Kita masih harus bekerja dan bekerja demi anak, istri, dan negara.

Semoga informasi ini bermanfaat. Dan pada edisi berikutnya kita akan bahas mengenai tanda dan gejala yang bisa terjadi pada kanker otak; penanganan kanker otak komprehensif, dan topik lainnya. 

Salam
Dr. dr.  Made Agus Mahendra Inggas, SpBS.
Kepala,
Departemen Bedah dan Bedah Saraf
RS Khusus Kanker Siloam Semanggi
Jakarta. 

*Korespondensi: Made Agus Mahendra Inggas, Dr. dr. SpBS: Phone: +62 21 299 62 888 ext. 20760. Mobile: +6285882272267. Email: made.inggas@siloamhospitals.com 

 

 


08/Mar/2021

Radioterapi untuk Kanker​​ Paru

Dewi​​ Syafriyetti​​ Soeis Marzaini

Instalasi Radioterapi RS Kanker “Dharmais”

Apa yang dimaksud dengan radioterapi?

Radioterapi atau terapi radiasi adalah jenis pengobatan yang menggunakan sinar​​ X (foton)​​ atau​​ elektron​​ berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker.​​ Radiasi​​ biasanya​​ diberikan dari luar tubuh oleh sebuah mesin pembangkit radiasi yang disebut​​ linear accelerator (linac)(Gambar 1).​​ Terapi ini bersifat lokal, yaitu hanya tertuju pada daerah tubuh yang mendapat radiasi saja. Terapi radiasi diberikan oleh dokter ahli onkologi radiasi.

http://images.dotmed.com/images/listingpics/1230680.jpg

Gambar​​ 1. Alat​​ linear accelerator

Anatomi Paru-Paru

Setiap orang memiliki 2 paru-paru; paru kanan terdiri dari 3 bagian (lobus), sedangkan paru kiri memiliki 2 lobus​​ (Gambar 2). Paru kiri lebih kecil dari kanan karena berbagi ruangan dengan jantung. Udara yang dihirup dari hidung akan masuk ke paru-paru melalui jalan napas​​ (trakhea). Selanjutnya​​ trakhea​​ bercabang dua memasuki paru-paru menjadi​​ bronkhuskanan dan kiri. Setelah masuk paru-paru, jalan napas bercabang-cabang lagi dan berukuran lebih kecil yang disebut​​ bronkhiolus. Di ujung-ujung​​ bronkhiolus​​ terdapat kantung-kantung kecil berisi udara yang disebut alveolus (jamak: alveoli). Di dalam​​ alveoli inilah terjadi pertukaran udara, yaitu diserapnya oksigen ke dalam darah dan keluarnya karbondioksida dari dalam darah ke udara luar.

Gambar​​ 2. Anatomi paru-paru dan jalan napas

Kanker Paru

Kanker paru adalah tumor ganas yang​​ muncul dari​​ lapisan yang melapisi​​ bronkhus, bronkhiolus​​ atau​​ alveolus. Terdapat dua kelompok besar kanker paru, yaitu:

  • Kanker paru bukan sel kecil atau​​ non-small cell lung cancer​​ (NSCLC);

  • Kanker paru sel kecil atau​​ small cell lung cancer​​ (SCLC).

Sebanyak 80-85% kasus kanker paru adalah NSCLC, sedangkan 15-20% sisanya adalah SCLC.​​ Jenis NSCLC selanjutnya terdiri dari 3 subtipe, yaitu adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa, dan karsinoma sel besar.

Stadium untuk NSCLC dan SCLC dilakukan dengan cara yang berbeda. Stadium NSCLC mengikuti​​ American Joint Committee on Cancer​​ (AJCC) dan​​ Union International Contre le Cancer​​ (UICC) yang terdiri dari empat stadium, yaitu stadium I sampai IV.Stadium SCLC dibuat oleh​​ the Veteran Affairs Lung Study Group​​ menjadi “limited disease​​ (LD)” and “extensive disease​​ (ED)”. Stadium LD adalah penyakit yang terbatas pada satu sisi dada saja, sedangkan ED adalah penyakit yang sudah meluas di luar rongga dada satu sisi.

Kapan radioterapi diberikan?

Radioterapi merupakan salah satu bentuk terapi utama pada kanker paru, baik untuk tujuan kuratif (kesembuhan) maupun paliatif (mengurangi gejala).​​ Pemberian radioterapi pada kanker paru tergantung pada​​ jenis dan​​ stadium penyakit.Radioterapi kuratif merupakan salah satu pilihan terapi pada NSCLC stadium I-III, sedangkan radioterapi paliatif diberikan untuk NSCLC stadium IV.

Pada SCLC stadium LD, radioterapi penting sebagai salah satu cara pengobatan karena tumor ini bersifat sensitif terhadap radiasi. Namun, radioterapi tidak berperan banyak pada SCLC stadium ED. Kadang-kadang diberikan radiasi pada otak sebelum tampak metastasis. Tindakan ini disebut​​ prophylactic cranial irradiation​​ (PCI).​​ 

  • Kanker paru bukan sel kecil​​ (NSCLC).

Pada​​ NSCLC, radioterapi dapat diberikan sebagai:

  • Terapi tambahan (ajuvan) setelah operasi (radioterapi saja atau kombinasi radioterapi dan kemoterapi) untuk membunuh sel-sel kanker yang masih ada di sekitar lokasi operasi. Biasanya diberikan dosis total 50 Gy dalam fraksi-fraksi kecil 1,8-2 Gy;

  • Terapi sebelum operasi (neoajuvan), biasanya bersama dengan kemoterapi, untuk mengecilkan ukuran tumor sehingga lebih mudah dioperasi. Dosis total umumnya 45-50 Gy yang diberikan dalam fraksi-fraksi kecil sebesar 1,8-2 Gy;

  • Terapi utama​​ (kadang-kadang bersama dengan kemoterapi), khususnya jika tumor tidak dapat dioperasi karena ukuran atau lokasinya, atau karena pasien tidak cukup sehat untuk menjalani operasi, atau jika pasien tidak mau menjalani operasi. Dosis total dapat diberikan 60-74 Gy dalam fraksi-fraksi kecil 2 Gy jika pasien dapat mentoleransi;

  • Terapi lokal tumor yang menyebar, misalnya metastasis di otak atau kelenjar anak ginjal (adrenal);

  • Terapi paliatif, yaitu terapi untuk mengurangi gejala-gejala akibat kanker stadium lanjut, seperti gejala nyeri, perdarahan, kesulitan menelan, batuk, atau masalah-masalah lain yang disebabkan penyebaran tumor ke tempat lain seperti ke otak.

  • Kanker paru sel kecil (SCLC)

  • Pada SCLC, radioterapi diberikan bersamaan waktu dengan kemoterapi pada SCLC stadium terbatas untuk mengobati tumor dan kelenjar getah bening dada. Pemberian kemoterapi dan radioterapi​​ sekaligus disebut​​ concurrent chemoradiation. Radiasi dapat diberikan pada kemoterapi siklus pertama atau kedua.Dosis dapat diberikan 1,5 Gy dua kali sehari sampai total dosis 45 Gy atau 1,8-2 Gy per hari sampai 60-70 Gy.

  • Radioterapi dapat juga diberikan setelah kemoterapi selesai kepada pasien SCLC stadium luas atau pasien dengan stadium terbatas yang tidak dapat mentoleransi kemoradiasi sekaligus;

  • Sekitar 50% pasien SCLC akan mengalami metastasis ke otak. Radioterapi dapat diberikan pada otak sebagai terapi pencegahan yang disebut​​ prophylactic cranial irradiation​​ (PCI). Dosis yang dianjurkan adalah 25 Gy dalam 10 fraksi atau 30 Gy dalam 10-15 fraksi.

  • Terakhir, radioterapi diberikan untuk mengecilkan tumor atau untuk meredakan gejala-gejala terkait kanker paru, seperti perdarahan, kesulitan menelan, batuk, napas tersengal-sengal, nyeri tulang dan masalah lain akibat penyebaran ke organ-organ lain seperti otak. Bentuk terapi ini disebut radioterapi paliatif.

Bagaimana​​ Radioterapi Diberikan?

Sebagian besar radioterapi diberikan dengan radiasi eksternal atau​​ external beam radiotherapy​​ (EBRT). Pada teknik ini, mesin​​ mengarahkan berkas sinar dari luar tubuh ke dalam tumor. Sebelum radiasi dimulai, tim radioterapi akan menentukan sudut-sudut yang tepat untuk mengarahkan sinar agar dosis yang efektif sampai ke tumor.​​ Harus dihitung agar dosis terbesar dapat sampai ke tumor di paru dengan sedikit dosis pada organ-organ sekitarnya yang penting, seperti jantung dan esofagus (kerongkongan).​​ Tahap ini disebut simulasi dan​​ planning. Penentuan dosis dan area penyinaran​​ dibantu​​ dengan​​ CT​​ scan.​​ 

Setiap terapi hanya berlangsung beberapa menit, tetapi butuh waktu lebih lama untuk mempersiapkan alat dan posisi pasien. Terapi biasanya berlangsung 5 hari seminggu selama 5-7 minggu.​​ Perkembangan teknologi memungkinkan area penyinaran dipertajam secara 3 dimensi, yang disebut 3D-conformal radiation therapy​​ (3D-CRT). Dengan teknik ini, berkas radiasi diarahkan sedemikian rupa dari berbagai arah mengikuti bentuk tumor sehingga tidak banyak jaringan sehat yang ikut terpapar radiasi​​ (Gambar 3).

 

http://www.centralgeorgiaradiation.com/wp-content/uploads/2012/03/trilogy2-300.jpg

Gambar​​ 3.​​ Linear accelerator​​ untuk 3D-conformal radiotherapy

Efek Samping Radioterapi

Pasien kanker paru yang mendapat radioterapi umumnya mengalami kelelahan​​ (fatigue)​​ dan kehilangan nafsu makan. Jika radiasi diberikan ke daerah leher atau bagian tengah dada, pasien juga dapat mengalami sakit tenggorokan dan kesulitan menelan. Pada kulit dapat terjadi iritiasi dan kemerahan seperti terbakar sinar matahari.​​ Sebagian besar efek samping menghilang segera setelah terapi selesai.

Jika terapi radiasi mengiritasi atau menimbulkan reaksi radang di paru, dapat muncul gejala-gejala batuk, demam atau napas tersengal-sengal beberapa bulan atau kadang-kadang beberapa tahun setelah radioterapi selesai. Sekitar 15% pasien mengalami keadaan ini, yang disebut pneumonitis radiasi. Pneumonitis radiasi ringan tidak memerlukan pengobatan dan akan hilang dengan sendirinya. Namun, pada pneumonitis radiasi yang berat, diperlukan terapi kortikosteroid, misalnya tablet prednison. ​​ 

Radioterapi juga dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut yang permanen pada jaringan paru di lokasi tumor. Biasanya, jaringan parut ini tidak menyebabkan gejala. Namun, jaringan parut yang berat dapat ​​ menyebabkan batuk permanen dan kesulitan bernapas.​​ 

Daftar Pustaka

 

 

1


08/Mar/2021

Edi Setiawan Tehuteru, Sp.A(K), MHA

Kanker tidak mengenal usia. Anak-anak dan orang dewasa dapat terkena   kanker. Perbedaan antara kanker pada anak dan orang dewasa, salah satunya adalah kanker pada anak tidak dapat dicegah seperti halnya kanker pada orang dewasa. Jadi tidak ada istilah pencegahan kanker pada anak melainkan mewaspadai gejala kanker pada anak. Mengacu pada pernyataan di atas, sebagian orangtua tentu bertanya-tanya tentang apakah masih ada gunanya mengajarkan pola hidup sehat kepada anak-anak. Pola hidup sehat tetap harus diajarkan kepada anak-anak sedini mungkin. Tujuannya memang bukan untuk mencegah kanker pada anak, namun untuk mencegah kanker yang sekiranya dapat timbul saat anak ini telah menjadi orang dewasa. Sebab, seperti telah ditulis sebelumnya di atas, kanker pada orang dewasa dapat dicegah.

 

Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun ada 4100 kasus baru kanker pada anak. Menurut data yang diperoleh dari Rumah Sakit Kanker “Dharmais” pada tahun 2006, lebih kurang 50% pasien yang datang sudah dalam keadaan stadium lanjut. Berdasarkan penelitian, hal ini disebabkan salah satunya oleh karena orangtua pasien yang kurang mendapat informasi tentang kanker pada anak. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk mengetahui tentang gejala-gejala apa saja yang harus diwaspadai pada anak yang dicurigai terkena kanker. Segera bawa ke puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas kesehatan lainnya untuk dikonfirmasi apakah benar gejala-gejala yang dijumpai itu suatu kanker. Jika ternyata itu bukan kanker, tentunya kita patut mensyukurinya. Jika ternyata itu benar kanker, tetap kita harus mensyukurinya karena berarti kanker tersebut ditemukan pada stadium awal. Kanker yang dijumpai pada stadium awal tentunya mempunyai kemungkinan untuk sembuh lebih besar dibanding kanker yang dijumpai pada stadium lanjut.

Dibeberapa literatur, kanker disebut juga sebagai keganasan. Jika diperhatikan karakteristik dari sel kanker, memang benar sel-sel ini sangat ganas. Bagaimana tidak, sel-sel tersebut ternyata mempunyai kemampuan untuk menyebar ke organ-organ tubuh yang lain di luar dari organ primernya melalui pembuluh darah atau  kelenjar getah bening. Secara logika, kalau itu kanker mata, harusnya sel-sel kanker tersebut adanya di mata saja dan tidak menyebar kemana-mana. Namun apa yang terjadi, dari hasil pemeriksaan CT-scan otak, sel-sel kanker yang harusnya ada di mata saja ternyata sudah mencapai otak. Jika keadaannya sudah seperti ini, kanker yang terjadi dinyatakan sebagai kanker stadium lanjut.

Secara garis besar, kanker pada anak dibagi atas dua bagian, yaitu kanker darah atau lebih dikenal dengan istilah leukemia dan tumor padat. Gejala yang harus diwaspadai bila mencurigai seorang anak terkena leukemia adalah anak terlihat pucat, sering mengalami demam, dan perdarahan, baik itu di kulit, gusi, atau hidung. Gejala-gejala ini terjadi karena kadar sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah yang rendah akibat produksinya ditekan oleh sel-sel leukemia. Sel-sel leukemia ini tidak puas hanya beredar di sumsum tulang. Sel-sel ini dapat menyebar ke luar dari sumsum tulang menuju hati, limpa, otak, atau tulang. Secara fisik, anak akan terlihat perutnya membuncit akibat hati dan limpa yang membesar. Selain itu, anak biasanya juga akan mengeluh sakit saat berjalan karena sel-sel leukemia yang menyebar ke tulang. Bila sel-sel leukemia sudah menyebar ke otak, anak dapat mengalami kejang. Waspadai gejala-gejala tersebut di atas dan segera bawa ke puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas kesehatan lainnya untuk dikonfirmasi.

Mengenai tumor padat, hal ini dapat dijumpai pada hampir semua organ tubuh seorang anak, mulai dari kepala sampai ujung kaki. Orangtua biasanya meraba tumor atau benjolan pada tubuh seorang anak pada saat mereka memandikannya. Seperti prinsip yang telah disebutkan sebelumnya di atas, segera bawa anak ke puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas kesehatan lainnya untuk mengkonfirmasi apakah benar benjolan yang teraba di tubuh anak itu benar kanker atau bukan. Berikut ini adalah hal-hal yang harus diwaspadai orangtua bila melihat atau meraba benjolan pada mata, leher, paru, perut, alat kelamin, tangan atau kaki, dan otak.

 

  • Mata

 

Curiga bila mata anak terlihat seperti mata kucing, matanya merah, terjadi gangguan penglihatan, atau juling. Khusus tentang mata merah, biasanya orangtua akan memberi obat tetes mata yang dijual secara bebas di pasaran. Orangtua boleh saja melakukan tindakan tersebut di atas, namun bila dalam tiga hari tidak ada perbaikan, bawa ke puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas kesehatan lainnya. Bisa saja itu bukan suatu penyakit mata biasa melainkan gejala awal dari kanker mata.

 

  • Leher

 

Waspada bila benjolan yang dijumpai di leher anak bertambah besar dalam waktu yang singkat. Biasanya anak tidak mengeluh kesakitan bila benjolan  ditekan atau dipegang. Berbeda dengan benjolan yang timbul akibat infeksi, yang biasanya akan terasa sakit bila ditekan atau dipegang dan teraba panas bila diraba. Infeksi pada gigi dan telinga dapat menyebabkan benjolan dengan karakteristik tersebut. Konfirmasi perlu dilakukan mengingat penanganan kedua benjolan tersebut di atas yang berbeda.

 

  • Paru

 

Bila pada seorang anak dijumpai sesak napas dan setelah dilakukan foto dada ternyata dijumpai sel kanker di parunya, jangan berpikiran bahwa anak ini terkena kanker paru. Tidak ada kanker paru pada anak. Keadaan ini biasanya merupakan akibat dari penyebaran suatu jenis kanker tertentu ke paru-paru. Salah satu jenis kanker pada anak yang dapat menyebar hingga ke paru-paru adalah kanker tulang.

 

  • Perut

 

Banyak organ yang dapat dijumpai di dalam perut, antara lain hati, ginjal, indung telur, dan lain-lain. Semua organ-organ tersebut di atas dapat terkena kanker. Secara fisik, perut anak akan terlihat membuncit dan bila ditekan akan teraba suatu benjolan. Periksakan segera anak ini ke puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas kesehatan lainnya. Hal lain yang perlu diperhatikan orangtua adalah jangan terlalu sering menekan perut anaknya yang makin lama makin membesar karena dapat mempermudah penyebaran.

 

  • Alat kelamin

 

Alat kelamin yang dimaksud adalah alat kelamin pria. Secara fisik, testis kanan dan kiri terlihat tidak sama besar, konsistensi testis yang terkena biasanya keras, dan tidak dijumpai tanda-tanda infeksi. Kanker pada organ testis, sama seperti halnya paru-paru, dapat merupakan akibat penyebaran dari suatu jenis kanker tertentu ke testis. Jenis kanker yang dimaksud, yang dapat menyebar ke testis adalah leukemia.

 

  • Tangan atau kaki

 

Waspada bila terlihat ada bengkak pada tangan atau kaki. Pembengkakan ini biasanya dapat disertai dengan demam atau nyeri.

 

  • Otak

 

Benjolan pada otak memang tidak dapat dilihat maupun diraba. Walaupun demikian, orangtua tetap dapat mewaspadai gejala kanker otak dengan melihat dampak yang ditimbulkan akibat adanya suatu benjolan di otak. Gejala-gejala tersebut antara lain adalah pusing, muntah yang menyemprot, lumpuh, dan gangguan keseimbangan.

 

Kanker pada dasarnya dapat diobati dan sembuh bila dijumpai pada stadium awal. Itulah pentingnya orangtua harus mengerti dan waspada terhadap gejala-gejala kanker pada anak. Tidak cukup berhenti sampai di situ, jika orangtua mencurigai anaknya terkena kanker, segera bawa ke puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas kesehatannya lainnya untuk mendapatkan konfirmasi dan penanganan selanjutnya. Sebagai contoh, seorang anak yang terkena kanker mata yang dibawa orangtuanya ke rumah sakit pada stadium awal dan mendapatkan penanganan yang baik dan benar, ternyata memiliki angka harapan hidup bebas tumor dua tahun sebesar 80%. Sebaliknya bila dijumpai pada stadium lanjut, angka harapan hidup bebas tumor dua tahun turun hingga 25%.

Pada akhir tulisan ini, perkenankan Penulis mengutip sebuah kalimat bijak dari seseorang yang bernama Niccolo Machiavelli, yang berbunyi: “Awal penyakit sukar diketahui, mudah diobati. Penyakit yang sudah lanjut mudah diketahui, sukar diobati”.

 


08/Mar/2021

Radioterapi untuk Kanker Payudara

Dewi Syafriyetti​​ Soeis Marzaini

Instalasi Radioterapi RS Kanker “Dharmais”

Apa yang dimaksud dengan radioterapi?

Radioterapi atau terapi radiasi adalah jenis pengobatan yang menggunakan​​ foton​​ atau partikel berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker.​​ Umumnya radioterapi diberikan dari luar tubuh dengan suatu alat yang disebut​​ linear​​ accelerator​​ (Linac).​​ Alat ini menggunakan gelombang radiofrekuensi elektromagnetik untuk​​ mempercepat pergerakan​​ partikel bermuatan (misalnya elektron)​​ di dalam struktur seperti tabung​​ (accelerator)yang kemudian bertumbukan dengan logam berat. Hasil tumbukan tersebut adalah sinar X berenergi tinggi atau disebut foton​​ (Gambar 1).

Radioterapi kanker payudara merupakan terapi​​ lokal, yaitu hanya pada daerah​​ tumor yang​​ mendapat radiasi saja, atau lokoregional, yang mencakup tumor dan kelenjar getah bening di sekitarnya. Terapi radiasi diberikan oleh dokter ahli onkologi radiasi.

 

Gambar​​ 1. Ilustrasi alat​​ linear accelerator​​ dan berkas foton berenergi tinggi yang dipancarkannya.

Kapan radioterapi diberikan?

Saat ini kombinasi operasi dan radioterapi merupakan tulang punggung penatalaksaan kanker payudara stadium dini.​​ Radioterapi berperan penting dalam menurunkan angka kekambuhan lokal​​ (local recurrence)​​ dan meningkatkan ketahanan hidup setelah​​ operasi. Radioterapi diberikan sebagai bagian dari rencana penatalaksanaan lengkap berdasarkan stadium penyakit dan perangai biologis kanker tersebut.​​ Untuk praktisnya, tingkat keparahan​​ kanker payudara dapat dibagi menjadi:

  • Stadium dini, yang meliputi stadium I, II, dan IIIA yang masih dapat dioperasi;

  • Stadium lanjut,​​ metastatik dan tidak dapat dioperasi yang meliputi stadium IIIB,​​ IIIC​​ dan IV.

Pada stadium dini, kanker payudara diberikan sebagai terapi ajuvan (tambahan) setelah operasi,​​ baik​​ yang menjalani​​ breast conserving surgery​​ (BCS)​​ dengan lumpektomi maupun mastektomi. Radioterapi mulai diberikan 3-4 minggu setelah operasi. Tujuannya untuk membunuh sel-sel kanker yang tidak terdeteksi dan menurunkan risiko kekambuhan pada payudara yang terkena dan kelenjar getah bening di sekitar payudara.​​ Bagi pasien yang menjalani mastektomi, radioterapi diberikan jika terdapat: penyebaran ke 4 atau lebih kelenjar getah bening, kanker menyebar ke jaringan di sekitar kelenjar getah bening, tumor berukuran besar, masih ada sel-sel tumor di sekitar batas-batas sayatan operasi pengangkatan tumor.

Pada stadium lanjut, radioterapi​​ biasanya​​ diberikan​​ setelah kemoterapi yang diikuti operasi (kemoterapi ajuvan). Jika terdapat penyebaran jauh (metastasis), radioterapi dapat diberikan untuk mengurangi gejala-gejala di tempat penyebaran tersebut. Sebagai contoh, radioterapi dapat diberikan untuk mengurangi nyeri di tempat terjadinya metastasis tulang.

Bagaimana radioterapi diberikan?

Radiasi Eksternal

Radiasi eksternal merupakan cara terbanyak yang dipakai, yaitu dengan memberikan berkas sinar dari luar tubuh oleh suatu mesin pembangkit radiasi, yang disebut​​ linear accelerator​​ (linac).​​ Berkas sinar diarahkan dan difokuskan pada target, yaitu daerah tubuh yang terkena kanker.​​ Terapi hanya berlangsung beberapa menit dan tidak ada rasa nyeri. Terapi umumnya diberikan 5 hari seminggu (Senin sampai Jum’at) selama 5-6 minggu.

Radiasi eksternal paling sering diberikan pada mereka yang telah menjalani tindakan bedah.Luasnya area tubuh yang disinar tergantung pada tindakan bedah sebelumnya,​​ mastektomi atau BCS​​ (Gambar​​ 2),​​ atau berapa banyak kelenjar getah bening yang terkena.

  • Jika dilakukan mastektomi dan tidak ada kelenjar getah bening yang terkena, radiasi diarahkan pada dinding dada;

  • Jika dilakukan BCS, radiasi diarahkan pada seluruh payudara​​ (whole breast)​​ dengan tambahan​​ (booster)​​ pada area yang dilakukan pengangkatan tumor untuk mencegah kekambuhan. Radiasi​​ booster​​ diberikan setelah terapi radiasi pada payudara selesai.

  • Jika kanker ditemukan di kelenjar getah bening ketiak, radiasi juga dapat diberikan di daerah tersebut. Kadang-kadang diperlukan pula radiasi di atas tulang selangka​​ (supraclavicula),​​ jika kelenjar getah bening supraklavikula terkena​​ dan​​ radiasi pada​​ kelenjar getah bening di bawah tulang dada​​ (mammaria interna).​​ Lokasi anatomik kelenjar getah bening sekitar payudara diberikan pada Gambar 3.

Gambar​​ 2.​​ Radiasi eksternal dapat diberikan setelah lumpektomi atau mastektomi.​​ 

Gambar​​ 3. Lokasi kelenjar getah bening yang berada di sekitar payudara.

 

Perencanaan radiasi eksternal

Sebelum terapi radiasi dimulai, tim radiasi akan melakukan pengukuran terlebih dahulu untuk mendapatkan sudut-sudut yang tepat ketika mengarahkan sinar sehingga dosis radiasi juga tepat sasaran​​ (Gambar 4). Daerah yang disinar diberi tanda dengan tinta di kulit untuk mengarahkan fokus radiasi pada daerah yang tepat.​​ Sekarang perencanaan radioterapi dilakukan secara 3 dimensi dengan bantuan CT-scan. Dengan teknik ini, daerah yang akan disinar diukur dengan ketepatan yang tinggi sehingga sebagian sinar terfokus pada tumor saja dan tidak pada jaringan di sekitarnya yang sehat.

Gambar​​ 4.​​ Perencanaan terapi radiasi dengan mengukur berbagai sudut penyinaran.

3D-Conformal Radiotherapy

Teknik​​ ini merupakan kemajuan teknologi radiasi eksternal, yaitu pemberian radiasi dengan​​ linac​​ khusus yang dapat mengarahkan sinar mengikuti bentuk tumor. Keuntungan teknik ini adalah berkas sinar dapat lebih terfokus pada daerah target di mana tumor berada dan mengurangi risiko sinar mengenai jaringan yang sehat. Dengan cara ini, hanya sebagian payudara yang terkena radiasi (parsial). Dosis dapat lebih rendah dan waktu pemberian dapat lebih singkat. Oleh karena itu, metode ini juga disebut​​ accelerated partial breast irradiation.

Radiasi Internal(Brachytherapy)

Perkembangan​​ teknologi memungkinkan terapi radiasi internal, yaitu pemberian sinar oleh​​ zat-zat radioaktif​​ yang dimasukkan​​ ke​​ dalam​​ atau di dekat kanker.​​ Bentuknya dapat berupa jarum, pil, serat, atau kateter.​​ Namun, teknik ini masih dalam tahap penelitian dan belum dilakukan secara rutin untuk kanker payudara di Indonesia.

Efek Samping Radioterapi

Terapi radiasi memiliki efek samping yang bervariasi dari pasien yang satu ke pasien lainnya. Meskipun ada banyak kemungkinan efek samping yang dapat terjadi, jarang semuanya muncul pada satu orang. Beberapa pasien mungkin hanya mengalami sedikit efek samping, tetapi ada juga yang dapat mengalami kejadian efek samping berat.​​ Efek samping dapat muncul segera (jangka pendek) atau muncul di kemudian hari (jangka panjang).

Efek samping jangka pendek

Efek samping tersering adalah:

  • Iritasi kulit seperti terbakar di daerah yang terkena sinar;

  • Kulit kemerahan, kering, nyeri atau gatal;

  • Payudara terasa berat

  • Perubahan warna, tampak kemerahan atau kebiruan

  • Badan terasa lelah​​ (fatigue)

Mual dan muntah tidak lazim terjadi pada terapi radiasi; demikian pula kerontokan rambut di kepala. Namun, jika radiasi diberikan pada daerah ketiak, dapat terjadi kerontokan rambut ketiak.​​ Efek samping kulit yang berat dapat berbentuk lepuhan dan pengelupasan. Hindari sinar matahari pada daerah yang disinar karena dapat memperparah kondisi. Sebagian besar masalah kulit hilang dalam beberapa bulan.

Efek samping jangka panjang

Ada beberapa efek samping yang baru muncul lama setelah terapi radiasi. Perubahan warna kulit menjadi kecoklatan atau kemerahan mungkin menjadi permanen. Pada beberapa orang, payudara dapat mengecil atau agark keras setelah radiasi. Perubahan ini berlangsung sekitar 6-12 bulan, paling lama 2 tahun.

Jika pasien menjalani radiasi pada kelenjar getah bening ketiak atau operasi pengangkatan kelenjar getah bening ketiak, pasien dapat mengalami penumpukan cairan getah bening yang disebut limfedema berupa lengan atas yang membengkak.

Radiasi juga dapat menyebabkan kerusakan pada serabut-serabut saraf. Keadaan ini disebut​​ brachial plexopathy​​ dengan gejala-gejala baal, nyeri, kelemahan otot pada bahu, lengan, dan tangan.

Bagaimana Mengatasi Efek​​ Samping?

Umumnya semua efek samping dapat diatasi atau hilang sendiri setelah radiasi selesai. Beritahu perawat atau konsultasi dengan dokter ahli radioterapi jika terdapat efek samping yang mengganggu atau tidak nyaman.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum dan ketika menjalani terapi radiasi adalah:

  • Pemakaian BH (kutang) atau baju yang ketat dapat menekan kulit dan menyebabkan iritasi. Sebaiknya pakai baju katun yang longgar selama terapi;

  • Perawatan kulit yang cermat. Penggunaan deodoran, losion, atau krim perlu dikonsultasikan terlebih dahulu sebelum terapi;

  • Terapi radiasi membutuhkan tubuh yang bugar. Jadi, istirahat yang cukup dan makan makanan bergizi tinggi harus menjadi prioritas.

  • Meskipun demikian, pasien juga perlu tetap aktif, kecuali ada masalah nyeri atau hal lain. Olah raga rutin dapat mengurangi rasa kelelahan yang sering dialami pasien karena terapi radiasi.

 

Terapi pereda nyeri seperti parasetamol atau ibuprofen dapat digunakan jika muncul rasa nyeri yang mengganggu. Masalah kulit di payudara dapat diatasi dengan krim khusus yang nyaman di kulit sampai terapi selesai dan iritasi kulit sembuh.

Daftar Pustaka

 

1


POI logo

Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) adalah organisasi perhimpunan profesi seminat yang beranggotakan dokter spesialis dalam bidang onkologi.

Copyright POI Jaya 2025. All rights reserved.