woman_running-1024x541.jpg
23/Nov/2015

When was the last time you went out for a 30min walk? Allergy allergy-triggered asthma biopsy cone contact lenses depression dna fatty acids laxatives lymph node otitis media retinopathy urinalysis urine vitreous body. Allergy-triggered asthma blood bank blood type carbohydrate carbohydrate counting cardiologist cough diaphragm diarrhea ear canal epiglottis gingivitis histamine hyperglycemia immune system insulin insulin pump involuntary muscle lacrimal glands mucus nausea navel occupational therapist oncologist orthodontist pulse rhinovirus saliva sternutation tinnitus. Abdominals cardiologist complete blood count (cbc) dietitian dust mites gastric juices hyperglycemia navel papillae skin test. Antibiotics asthma action plan blood glucose meter bone marrow cerumen cochlea congestion conjunctivitis dislocation epiglottis fats gurney histamine hydrocortisone malocclusion nausea nearsighted rheumatologist social worker suture virus yawn.

Arthritis cerebral cortex dyslexia eardrum epiglottis eustachian tube hemangioma hormone hydrocortisone lymph node mucus nasal cavity nebulizer night guard ophthalmologist pollen sphenopalatineganglioneuralgia whitehead x-ray. Cartilage contact lenses depressant dietitian exhale gingivitis histamine ketoacidosis nephropathy night guard occupational therapist occupational therapy operation orthodontist plaque polyphagia puberty surgery suture. Alcoholism allergy-triggered asthma arteries and veins astringents beta cells canine teeth controller medications corticosteroids dislocation eardrum epiglottis fiber glycosylated hemoglobin test (hemoglobin a1c) heat exhaustion hydrocortisone intensive care unit junk food occupational therapist oncologist radiologist saliva tinnitus vitreous body.

Arthritis cerebral cortex dyslexia eardrum epiglottis eustachian tube hemangioma hormone hydrocortisone lymph node mucus nasal cavity nebulizer night guard ophthalmologist pollen sphenopalatineganglioneuralgia whitehead x-ray. Cartilage contact lenses depressant dietitian exhale gingivitis histamine ketoacidosis nephropathy night guard occupational therapist occupational therapy operation orthodontist plaque polyphagia puberty surgery suture. Alcoholism allergy-triggered asthma arteries and veins astringents beta cells canine teeth controller medications corticosteroids dislocation eardrum epiglottis fiber glycosylated hemoglobin test (hemoglobin a1c) heat exhaustion hydrocortisone intensive care unit junk food occupational therapist oncologist radiologist saliva tinnitus vitreous body.


shutterstock_288977717-1200x800.jpg
08/Aug/2015

Sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna aliquam erat volutpat. Quis nostrud exerci tation ulla. Ut wisi enim ad minim veniam. Eodem modo typi, qui nunc nobis videntur parum clari, fiant sollemnes in futurum. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.


image1-1200x900.webp
14/Sep/2025

POI Jaya Sukses Gelar Workshop Multidisiplin Kegawatdaruratan Onkologi Pertama di Indonesia, Libatkan 28 Ahli

Jakarta, [9 Agustus 2025] – Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) Cabang Jakarta Raya berhasil menyelenggarakan Workshop Multidisiplin pada Kegawatdaruratan di Bidang Onkologi, sebuah kegiatan ilmiah yang menjadi pelopor dan satu-satunya di Indonesia. Acara ini diadakan untuk memperkuat kolaborasi berbagai profesi kesehatan dalam memberikan penanganan cepat, tepat, dan terintegrasi bagi pasien kanker pada kondisi darurat.

Bertempat di Ruang Auditorium Rumah Sakit Kanker Dharmais, workshop ini berlangsung selama dua hari dan diikuti oleh 66 peserta dari berbagai wilayah di Indonesia. Peserta meliputi perawat, dokter umum, dokter spesialis hingga konsultan dengan subspesialisasi yang berbeda-beda, momen ini menunjukkan keterlibatan berbagai profesi medis dalam satu forum ilmiah.

Kegiatan menghadirkan 28 pembicara dari berbagai disiplin, membahas 8 topik utama yang relevan dengan situasi gawat darurat pada pasien kanker. Seluruh materi yang disajikan dalam workshop dirancang dengan pembahasan yang komprehensif, mencakup berbagai situasi gawat darurat pada pasien kanker. 

“Acaranya sangat complete karena acara ini multidisiplin menghadirkan banyak pembicara dari berbagai lintas disiplin, topik yang diberikan juga sangat spesifik. Harapannya bisa rutin diadakan karena banyak onkologis yang tertarik untuk belajar di satu forum dengan materi yang komprehensif” ujar narasumber dr. Endang Nuryadi, Sp.OnkRad (K), PhD

Setiap topik dikaji dari berbagai sudut pandang, mulai dari pendekatan klinis, diagnostik, penatalaksanaan medis, intervensi bedah, hingga dukungan perawatan dan terapi penunjang. Pendekatan lintas disiplin ini memastikan peserta mendapatkan gambaran utuh, tidak hanya memahami teori, tetapi juga strategi praktis yang dapat langsung diterapkan dalam penanganan kasus di lapangan. Selain sesi materi, workshop juga dilengkapi diskusi kasus nyata yang memicu interaksi aktif dan berbagi pengalaman antar profesi.

“Workshop ini sangat bagus sekali, semoga setiap tahun bisa diselenggarakan, karena materi yang disampaikan sangat menyeluruh dan juga multidisiplin, yang pasti sangat bermanfaat bagi para onkologis” ujar perwakilan peserta (dr. Linda Fauzi Lubis, Sp.P (K)

Dengan suasana pembelajaran yang dinamis, peserta tidak hanya memperoleh wawasan terbaru, tetapi juga memperluas jejaring kerja sama yang akan bermanfaat di lapangan. POI Jaya menekankan bahwa keberhasilan layanan kegawatdaruratan onkologi memerlukan integrasi pengetahuan, keterampilan, dan koordinasi lintas disiplin.

Sebagai penutup, Prof. Dr. Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD-KHOM, M.Epid., M.Pd.Ked., FINASIM, FACP, FISQua menyampaikan pesan penting mengenai makna kolaborasi lintas disiplin. “Melalui forum seperti ini, kita dapat memperkuat sinergi antar profesi. Tujuan akhirnya adalah memastikan pasien kanker di Indonesia mendapatkan penanganan terbaik, terutama pada situasi kritis yang membutuhkan respons cepat,” ujarnya.

POI Jaya mengucapkan apresiasi kepada seluruh pembicara, moderator, peserta, dan tim pelaksana yang telah berkontribusi dalam kesuksesan kegiatan ini. Diharapkan, workshop ini menjadi pijakan untuk penyelenggaraan program serupa di masa depan, sekaligus mendukung peningkatan mutu pelayanan kanker di Indonesia secara berkelanjutan.

Oleh:
Aisyah Nabila Zahra, S.KM


portrait-young-happy-healthy-woman-eating-fresh-vegetable-salad-home-clean-control-food_122732-1050.avif
31/Jul/2025

Pernah dengar bahwa makan tomat bisa bantu mencegah kanker? Ternyata bukan sekadar mitos, lho. Tomat mengandung zat alami bernama likopen, dan belakangan ini banyak peneliti tertarik meneliti hubungan antara likopen dengan risiko kanker.

Baru-baru ini, ada hasil penelitian besar yang diterbitkan di jurnal Frontiers in Nutrition tahun 2024.1 Peneliti mengumpulkan data dari lebih dari 2,6 juta orang dewasa untuk mencari tahu apakah konsumsi tomat (atau lebih tepatnya, likopen di dalamnya) bisa benar-benar menurunkan risiko terkena kanker atau bahkan kematian akibat kanker.

Apa Kata Peneliti?

Dari hasil analisis mereka, ditemukan beberapa hal menarik:

  • Orang yang mengonsumsi lebih banyak likopen cenderung memiliki risiko kanker yang lebih rendah, sekitar 5–11%.
  • Risiko kematian akibat kanker juga turun hingga 24% pada mereka yang kadar likopennya tinggi.
  • Yang paling menonjol: risiko kematian akibat kanker paru-paru bisa turun sampai 35% jika kadar likopen dalam darah cukup tinggi.
  • Menariknya, makan tomat saja tidak langsung terbukti menurunkan risiko terkena kanker, tapi tetap berhubungan dengan penurunan risiko kematian akibat kanker sebesar 11%.

Apa Itu Likopen, dan Di Mana Bisa Didapat?

Likopen adalah pigmen alami berwarna merah yang memberi warna pada tomat, semangka, dan buah merah lainnya. Tapi uniknya, sekitar 80% likopen yang kita konsumsi berasal dari tomat dan produk olahannya seperti saus, pasta, dan sup tomat.2

Likopen bekerja sebagai antioksidan yang artinya, dia bisa membantu melindungi sel tubuh dari kerusakan yang bisa memicu pertumbuhan sel-sel kanker. Selain itu, berbagai penelitian ilmiah menunjukkan bahwa likopen tidak hanya sekadar antioksidan biasa. Di dalam tubuh, likopen membantu menetralisir radikal bebas, mendukung proses alami tubuh dalam menghentikan pertumbuhan sel kanker, dan bahkan bisa memicu kematian sel yang tidak normal. 

Manfaat ini terlihat di banyak jenis sel kanker, meski efeknya bisa bervariasi tergantung jumlah asupan, jenis kanker, dan kondisi tubuh masing-masing.

Lebih Baik Tomat Mentah atau Dimasak?

Tomat mentah memang segar, tetapi tomat yang sudah dimasak ternyata lebih mudah diserap tubuh karena kandungan likopennya lebih tersedia. Memasak tomat membantu melepaskan likopen dari dinding selnya, dan kalau ditambahkan minyak sehat seperti minyak zaitun, penyerapannya jadi lebih maksimal. Jadi, menu seperti saus pasta tomat, sup tomat, atau tumisan tomat bisa jadi pilihan sehat sehari-hari.

Berapa Banyak yang Perlu Dikonsumsi?

Penelitian menunjukkan bahwa 5–7 mg likopen per hari sudah cukup memberikan manfaat. Angka ini bisa didapat dari sekitar:

  • ½ cangkir saus tomat matang
  • 1–2 buah tomat besar
  • Semangkuk sup tomat

Catatan Penting

Perlu diketahui, karena termasuk studi observasional, penelitian ini tidak membuktikan secara langsung bahwa likopen mencegah kanker, melainkan hanya melihat pola bahwa orang dengan asupan likopen tinggi cenderung memiliki risiko kanker lebih rendah.1

Kesimpulan

Jadi, meskipun tomat bukan “obat” untuk mencegah kanker, mengonsumsinya secara rutin, terutama dalam bentuk yang dimasak bisa jadi bagian dari gaya hidup sehat yang bantu turunkan risiko kanker dan kematian akibat kanker.

Yuk, mulai langkah kecil menuju hidup sehat dengan lebih bijak memilih makanan dan menjalankan pola hidup. Untuk informasi terpercaya dan terkini seputar kesehatan, pencegahan kanker, dan edukasi lainnya, kunjungi website dan media sosial POI JAYA (@poi_jaya) dan bagikan manfaatnya kepada orang-orang terdekat Anda.

Referensi:

  1. Balali, A., Fathzadeh, K., Askari, G., & Sadeghi, O. 2025.  Dietary intake of tomato and lycopene, blood levels of lycopene, and risk of total and specific cancers in adults: a systematic review and dose-response meta-analysis of prospective cohort studies. In Frontiers in Nutrition (Vol. 12). Frontiers Media SA, DOI: 10.3389/fnut.2025.1516048, https://www.frontiersin.org/journals/nutrition/articles/10.3389/fnut.2025.1516048/full
  2. Francisco de Souza, Hugo. 2025. Tomatoes and lycopene: Can eating more reduce your cancer risk?. News-Medical, viewed 14 July 2025, https://www.news-medical.net/news/20250302/Tomatoes-and-lycopene-Can-eating-more-reduce-your-cancer-risk.aspx.
  3. Ozkan, G., Günal-Köroğlu, D., Karadag, A., Capanoglu, E., Cardoso, S.M., Al-Omari, B., Calina, D., Sharifi-Rad, J. and Cho, W.C., 2023. A mechanistic updated overview on lycopene as potential anticancer agent. Biomedicine & Pharmacotherapy, 161, p.114428. Available at: https://doi.org/10.1016/j.biopha.2023.114428

Gambar-awal-1-1200x900.jpg
15/Jul/2025

Peningkatan Kapasitas Klinis Tenaga Medis melalui Workshop FNAB dan Core Biopsy Ultrasound-Guided

Jakarta, 26 April 2025 – Dalam upaya mendukung peningkatan kapasitas tenaga medis Indonesia, POI Jaya dengan bangga menyelenggarakan Workshop Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) & Core Biopsy Ultrasound-Guided untuk Kelenjar Getah Bening. Workshop ini merupakan forum ilmiah yang dirancang khusus untuk memperdalam pemahaman klinis serta keterampilan teknis dalam prosedur diagnostik pada kelenjar getah bening.

FNAB dan core biopsy menjadi teknik penting dalam diagnosis berbagai penyakit, termasuk keganasan. Dengan panduan ultrasound, kedua prosedur ini dapat dilakukan dengan lebih presisi, aman, dan efektif. Melalui workshop ini, peserta tidak hanya mendapatkan materi teoritis tetapi juga wawasan aplikatif yang mendukung praktik klinis sehari-hari.

Workshop ini menghadirkan narasumber profesional dari berbagai spesialisasi, yang telah berpengalaman luas dalam praktik klinis dan akademik:

  • Prof. Dr. Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD-KHOM, M.Epid., M.Pd.Ked., FINASIM, FACP, FISQua yang membahas pendekatan klinis dalam mengevaluasi pembesaran kelenjar getah bening dari berbagai spektrum kasus. Peserta akan diajak memahami pertimbangan-pertimbangan klinis penting sebelum melakukan tindakan invasif.
  • dr. Mulia Rahmansyah, Sp.Rad yang menyampaikan teknik penggunaan ultrasonografi (USG) sebagai panduan utama dalam prosedur FNAB dan core biopsy. Topik ini penting untuk meningkatkan akurasi pengambilan sampel dan mengurangi risiko komplikasi.
  • dr. Rachmawati, Sp.B, Subsp. Onk (K) yang memberikan perspektif dari sisi bedah onkologi terkait pelaksanaan core biopsy pada kelenjar getah bening (KGB). Materi ini akan mengulas aspek teknis dan strategi penanganan kasus onkologis secara lebih mendalam.
  • dr. Rizky Handriani Putri, Sp.PA membahas alur pelaksanaan FNAB secara menyeluruh, mulai dari pemilihan teknik, pengolahan sampel, hingga interpretasi hasil. Peserta akan mendapatkan pemahaman tentang bagaimana hasil diagnosis patologi mendukung keputusan klinis.

Seluruh rangkaian acara akan dipandu oleh Dr. dr. Reza A. Digambrie, Sp.PA, MPd.Ked yang akan bertindak sebagai moderator. Beliau akan memastikan jalannya diskusi berlangsung interaktif, terarah, dan tetap konstruktif, sehingga seluruh peserta dapat menggali pengetahuan secara maksimal. Kegiatan ini dirancang untuk membekali peserta dengan pengetahuan yang aplikatif, tidak hanya sebagai teori tetapi juga dapat diterapkan langsung di lapangan.

POI Jaya berharap workshop ini tidak hanya menjadi ajang berbagi ilmu, tetapi juga wadah kolaborasi antardisiplin. Dengan materi yang mendalam dan narasumber yang kompeten, POI Jaya percaya kegiatan ini akan memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan mutu layanan kesehatan di Indonesia, khususnya dalam penanganan kasus terkait kelenjar getah bening.

POI Jaya juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh narasumber, moderator, peserta, serta tim pelaksana yang telah mensukseskan acara ini. Semoga setiap langkah dalam workshop ini menjadi bagian dari peningkatan standar pelayanan medis yang berkelanjutan dan berdampak langsung bagi pasien.


Gambar-awal-1200x820.jpg
05/Jul/2025

Terapi Sel dan Tantangan Global: Kontribusi Prof. Ikhwan Rinaldi untuk Masa Depan Biomedis Indonesia

Shanghai, 20 Mei 2025 — Terapi sel kini menempati posisi sentral dalam inovasi pengobatan modern, terutama untuk penyakit kanker dan penyakit sistemik lainnya. Dalam forum ilmiah internasional ini, Prof. Dr. Dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD-KHOM, M.Epid., M.Pd.Ked., FINASIM, FACR, FISD, hadir sebagai pembicara dan panelis untuk mewakili perspektif ilmiah dan praktis dari Indonesia.

Sebagai dokter konsultan hematologi-onkologi medik di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan dosen aktif dalam pendidikan kedokteran serta riset di Indonesia, Prof. Ikhwan menjadi salah satu wakil dari Asia Tenggara yang diundang untuk berbicara dalam dua sesi panel internasional. Dalam forum ini, ia tidak hadir sendiri, dokter dari RS Kanker Dharmais juga turut menjadi bagian dari delegasi Indonesia, memperkuat representasi keahlian nasional dalam bidang kanker dan terapi sel. Forum ini juga dihadiri oleh para ahli onkologi, imunoterapi, dan peneliti dari berbagai institusi global.

Pada sesi “Fucaso® Multiple Myeloma International Exchange”, Prof. Ikhwan menyampaikan pengalaman nyata dalam menangani pasien multiple myeloma di Indonesia. Tanpa presentasi formal, beliau memaparkan ringkasan klinis berbasis kasus lapangan, yang menggambarkan kompleksitas dalam proses diagnosis, keterlambatan akses terapi, hingga tantangan dalam keberlanjutan pengobatan. Diskusi berlangsung interaktif, mendorong pertukaran gagasan lintas negara dalam hal pendekatan diagnosis dan sistem rujukan layanan kesehatan.

Dalam sesi bertema “Global Synergy – Extending Access to Patients Worldwide”, Prof. Ikhwan menyoroti kebutuhan global untuk memperluas akses terhadap terapi inovatif seperti CAR-T (Chimeric Antigen Receptor T-Cell Therapy), terutama di negara-negara berkembang. Beberapa poin penting yang disampaikan adalah sistem regulasi yang adaptif dan harmonisasi lintas negara, strategi pembiayaan dan subsidi inovatif, dan peran kebijakan publik dalam mempercepat adopsi terapi canggih. Prof. Ikhwan menegaskan bahwa meskipun teknologi terapi sel berkembang pesat, akses yang adil dan merata masih menjadi tantangan besar, terutama di negara dengan keterbatasan sistem pendanaan dan infrastruktur kesehatan seperti Indonesia.

Partisipasi Prof. Ikhwan bukan hanya mencerminkan kontribusi individual, melainkan juga posisi Indonesia dalam ekosistem bioteknologi global. Beliau mengangkat realitas yang dihadapi sistem kesehatan nasional, serta menekankan pentingnya kemitraan internasional, dukungan kebijakan berbasis data, dan transfer teknologi dan edukasi lintas batas

Melalui forum ini, Prof. Ikhwan berharap kerja sama riset dan klinis (khususnya untuk terapi sel seperti CAR-T) dapat menghasilkan solusi nyata bagi pasien di Indonesia. Ia juga menggarisbawahi pentingnya mengintegrasikan pendekatan klinis berbasis kasus nyata dengan strategi nasional dalam memperluas akses layanan kesehatan, terutama untuk penyakit berat dan kronis.

 

Kontribusi Prof. Ikhwan di forum ini menjadi contoh penting bagaimana ilmuwan dan praktisi medis Indonesia bisa berperan dalam percaturan inovasi global. Dengan pendekatan yang kolaboratif dan inklusif, masa depan terapi sel yang lebih terjangkau dan merata bukanlah hal yang mustahil.


Telur-Dadar.png
01/Jul/2025

Belakangan ini, marak beredar informasi yang menyebutkan bahwa konsumsi telur, khususnya telur dadar, dapat memicu kanker. Hal ini disebabkan karena putih telur mengandung zat berbahaya bernama avidin yang bisa mengikat biotin dan mengganggu metabolisme tubuh. Benar nggak ya? Yuk kita bahas bersama!

Apa itu Zat Avidin?

Isu ini berawal dari cuplikan acara podcast yang beredar di internet mengenai satu kandungan di putih telur bernama avidin. Pada podcast tersebut Iwan Benny mengatakan bahwa ada komponen kimia bernama avidin dan biotin pada telur yang tidak boleh tercampur. Avidin adalah sejenis protein yang secara alami terdapat dalam putih telur mentah. Avidin terkenal karena kemampuannya mengikat biotin (vitamin B7), yaitu vitamin larut air yang penting bagi tubuh untuk metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein. 

Avidin memang bisa mengikat biotin, yaitu vitamin B7 yang penting untuk metabolisme tubuh kita.1-2 Jika avidin mengikat biotin, maka biotin tidak bisa diserap tubuh.3 Avidin dalam putih telur mentah bisa mengikat biotin, sehingga biotin tidak terserap tubuh. Kalau biotin kurang, metabolisme lemak bisa terganggu dan lemak jadi lebih mudah teroksidasi.

Hasil oksidasi ini bisa membentuk senyawa berbahaya seperti malondialdehid atau oksisterol, yang dalam jangka panjang berpotensi merusak sel dan memicu kanker. Namun, saat telur dimasak (dadar, rebus, ceplok), suhu panas akan mengubah struktur protein avidin, nah proses ini disebut denaturasi. Sehingga, Avidin kehilangan kemampuan untuk mengikat biotin dan kandungan biotin dari makanan pun bisa diserap tubuh dengan normal.

Yang lebih perlu diwaspadai justru adalah risiko infeksi bakteri Salmonella. Mengonsumsi telur mentah atau setengah matang dapat meningkatkan kemungkinan terpapar bakteri ini, yang dapat menyebabkan gejala seperti mual, muntah, diare, demam, dan bahkan komplikasi serius, terutama pada anak-anak, ibu hamil, lansia, dan individu dengan sistem imun lemah.

Menurut Healthline (2023), meskipun telur yang dipasteurisasi cenderung lebih aman, konsumsi telur matang tetap menjadi pilihan terbaik untuk menghindari risiko infeksi dan tetap mendapatkan manfaat nutrisinya secara optimal.4

Telur vs Kanker: Ada Hubungannya?

Hingga saat ini, tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan bahwa makan telur matang bisa menyebabkan kanker.5 Justru, telur dikenal sebagai salah satu makanan bergizi tinggi. Di dalamnya terdapat protein lengkap, kolin buat otak, dan vitamin penting lain seperti vitamin D dan B12.

Yang perlu diwaspadai justru cara memasaknya. Misalnya, saat menggoreng telur pakai minyak yang sudah dipakai berulang kali sampai hitam pekat. Nah, itu baru bisa menghasilkan senyawa berbahaya yang berpotensi jadi pemicu kanker.

Intinya, Aman untuk Dikonsumsi, asalkan

  1. Telurnya dimasak sampai matang (tidak mentah)6
  2. Menghindari minyak bekas pakai berulang kali
  3. Dikonsumsi dalam porsi wajar

Kadang info viral di media sosial bisa terdengar meyakinkan, apalagi kalau dibumbui istilah medis yang sulit dimengerti. Tapi jangan langsung percaya ya! Cek kebenarannya dari sumber terpercaya, seperti dari dokter, dan sumber informasi kesehatan seperti jurnal dan referensi medis yang valid dan terpercaya. Untuk informasi kesehatan lebih lanjut dan update, jangan lupa follow POI Jaya di instagram, tiktok dan youtube (@poi_jaya)

 

Daftar Pustaka

  1. Mock DM. Biotin: from nutrition to therapeutics. J Nutr. 2017;147(8):1487–92. https://doi.org/10.3945/jn.116.238956
  2. Singh A, Ramaswamy HS. High-pressure inactivation kinetics of avidin. J Food Process Preserv. 2014;38(4):1830–9. https://doi.org/10.1111/jfpp.12154
  3. India.com. Learn about the 5 hidden dangers in raw egg consumption [Internet]. 2024 [cited 2025 Jun 26]. Available from: https://petuz.india.com/dishes/healthy-diet/learn-about-the-5-hidden-dangers-in-raw-egg-consumption-7177679/
  4. Healthline. Is it safe to eat raw eggs? [Internet]. 2023 Sep 12 [cited 2025 Jun 26]. Available from: https://www.healthline.com/nutrition/eating-raw-eggs
  5. Ramadhan MF. Efek avidin terhadap viabilitas dan proliferasi sel kanker kolorektal HT-29 sebagai kandidat anti-kanker [Skripsi]. Jakarta: Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia; 2022. Indonesian. Available from: https://lib.ui.ac.id/detail?id=20527369&lokasi=lokal
  6. Universitas Gadjah Mada. Ahli gizi UGM paparkan bahaya konsumsi telur mentah [Internet]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2022 Sep 14 [cited 2025 Jun 26]. Available from: https://ugm.ac.id/id/berita/22452-ahli-gizi-ugm-paparkan-bahaya-konsumsi-telur-mentah/

Screenshot-2025-02-04-at-12.31.00.png
04/Feb/2025

🌍🎗 World Cancer Day 2025: United by Unique 🎗🌍

Every effort is unique, but our purpose is the same—to fight cancer together. 💪✨

No matter who you are or what you do, your contribution matters. Let’s stand with us in hope, strength, and action.

Because united, we are stronger.💜

—————————

Setiap upaya itu unik, tetapi tujuan kita satu, melawan kanker bersama. 💪✨

Siapa pun Anda dan apa pun peran Anda, kontribusi Anda sangat berarti. Mari kita bersatu dalam harapan, kekuatan, dan aksi.

Karena bersama, kita akan lebih kuat. 💜

#WorldCancerDay2025
#UnitedByUnique #TogetherWeFight #HopeAgainstCancer #POIJAYA #IndonesianSocietyOfOncology
#INASOJakarta


JACCM-1-1024x671.jpeg
02/Apr/2024

Kepada yang terhormat
Rekan Sejawat

Transisi epidemiologi yang terjadi dewasa ini menyebabkan kelompok penyakit tidak menular semakin prevalen, tidak terkecuali kanker. International Agency on Research for Cancer melalui program GLOBOCAN tahun 2020 melaporkan sebanyak 19.292.789 kasus baru kanker per tahun secara global dengan 9.958.133 kasus kematian per tahun. Agensi yang sama melaporkan sebanyak 396.914 kasus baru kanker per tahun di Indonesia dengan 234.511 kasus kematian per tahun. Angka tersebut masih mungkin mengalami peningkatan di kemudian hari, sebagaimana temuan studi Riset Kesehatan Dasar oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yang mendapati peningkatan prevalensi kanker dari 1,4‰ pada tahun 2013 menjadi 1,49‰ pada tahun 2018.

Menanggapi permasalahan ini, kolaborasi multidisiplin menjadi kunci untuk mengatasi kompleksitas penatalaksanaan kanker. Dengan adanya kolaborasi multidisiplin, diharapkan adanya komunikasi antar bidang ilmu dan spesialisasi kedokteran dan demarkasi kewenangan penatalaksanaan kanker, sehingga konflik dan tumpang tindih dapat terminimalisasi. Konsep kolaborasi ini pun semakin banyak diterapkan dalam praktik klinis sehari-hari melalui pelaksanaan tumor board atau tumor meeting dalam pengambilan keputusan terkait tatalaksana pasien kanker.

POI JAYA mengajak kepada rekan – rekan sejawat untuk bisa bergabung dalam sebuah program kegiatan ilmiah yaitu The 4th Jakarta Annual Collaborative Cancer Meeting ( JACCM ) 2024, Program yang terakreditasi SKP Kemenkes ini akan dilaksanakan pada :

  • Hari / Tanggal : Jum’at – Minggu, 3 – 5 Mei 2024
  • Waktu : 08.00 – 17.00 WIB
  • Tempat : Hotel JS Luwansa, Jakarta
  • Link Registrasi : bit.ly/The4thJACCM2024

Hayooo…. Daftarkan segera….

JACCM
JACCM1
JACCM2
JACCM3
JACCM4

WhatsApp-Image-2023-03-31-at-11.25.28-1024x682.jpeg
03/Apr/2023

Along with World Cancer Day theme “We Care to Close the Care Gap”, in this day INASO brought the theme “We Care to Close The Care Gap” to public. The Aim of this activity is to raise public awareness to cancer. Hopefully support of family, friends, and general public to cancer patient could eliminate the doubts of cancer patients in seeking health services. Together with cancer survivor, health workers (nurse, lab technician, radiographer) and Doctors who treat cancer in various fields who are member of INASO and Dharmais National Cancer Have Complete 2K fun walk on 19th February 2023 at Kota Tua, Jakarta Indonesia. This event was continued with a talk show for public with the theme “We Care to Close The Care Gap”. Target audience for this event was 250 participants.

To complete the series of WCD activities, INASO also held “How to Close The Care Gap” symposium. This symposium invited representatives from The Ministry of Health of The Republic of Indonesia and National Insurance. This symposium discussed the gap between ministry and national insurance policies with clinical practice in Indonesia. Hopefully this symposium would bring changes in Cancer Services in Indonesia for the better future.


dharmais.jpg
08/Mar/2021

Perawatan Paliatif Meningkatkan Kualitas Hidup Pasien Kanker dan Mengurangi Beban  Keluarga

Maria A. Witjaksono

 

“Semua usaha telah dilakukan, tetapi hasilnya tidak seperti yang kami harapkan.  Tidak ada lagi yang dapat dilakukan, jadi sebaiknya pasien dibawa pulang”atau

Karena pengobatna sudah selesai….sekarang pasien saya serahkan ke tim Paliatif…..

Kalimat tsb sering kita dengar ketika seorang pasien kanker mengalami penyakit yang progresif yang tidak dapat dihentikan dengan pengobatan kanker seperti operasi, radiasi, kemoterapi atau pengobatan lain. Pasien dinyatakan masuk dalam stadium terminal.

Pada kondisi seperti di atas,  pasien biasanya mengalami penderitaan akibat berbagai gejala yang muncul, bisa akibat penyakitnya, karena efek samping pengobatan, karena tirah baring atau karena penyakit lain yang menyertai. Hal tersebut dapat menimbulkan penderitaan bagi pasien dan beban bagi keluarga. Selain gejala fisik, pasien juga dapat mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan, depresi atau frustrasi, kesulitan sosial misalnya menarik diri atau  masalah spiritual yangdapat  muncul dalam bentuk menyalahkan diri, penyesalan atau marah kepada Sang pencipta

Menghadapi hal tsb, keluarga biasanya mengalami kebingungan, tidak tahu apa yang harus dilakukan.  Istilah paliatif juga menjadi hal baru yang tidak dimengerti.  Artikel ini membahas tentang definisi perawatan paliatif, apa tugasnya dan jenis layanan yang diberikan, agar pemebaca memahami dan bisa mendapatkan perawatn yang diperlukan bagi nagi pasien dan dukungan bagi keluarga yang mengalami kesulitan dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit stadium lanjut atau terminal.

DEFINISI:

Perawatan paliatif adalah suatu pendekatan untuk mencapai kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang tidak dapat disembuhkan dengan mencegah dan mengurangi penderitaan melalui identifikasi dini,  penilaian yang seksama dan pengobatan nyeri dan masalah masalah lain, baik masalah fisik, psikososial dan spiritual

PRINSIP-PRINSIP PERAWATAN PALIATIF

  • Menghilangkan nyeri dan gejala fisik lain
  • Menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal
  • Tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian
  • Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial dan spiritual
  • Memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin
  • Memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita
  • Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya
  • Menghindari tindakan yang sia sia

BENTUK LAYANAN PALIATIF

  1. Penanggulangan nyeri
  2. Penanggulangan keluhan lain penyerta penyakit primer :
    • gangguan saluran nafas
    • gangguan saluran cerna
    • gangguan saluran kemih
    • gangguan aktifitas, dll
  3. Bimbingan psikologis, sosial & spiritual
  4. Persiapan kemampuan keluarga untuk perawatan pasien di rumah
  5. Kunjungan rumah berkala, sesuai kebutuhan pasien dan keluarga
  6. Bimbingan perawatan untuk pasien dan keluarga
  7. Asuhan keperawatan terhadap pasien dengan : luka, gastrostomi, colostomy, selang makan (NGT), kateter dll
  8. Membantu penyediaan sarana / alat bantu kesehatan : tabung O2, suction, nebulizer, kasur dekubitus, dll.
  9. Membantu penyediaan tenaga perawat home care
  10. Membantu penyediaan pelaku rawat / caregiver
  11. Membantu kesiapan menghadapi akhir hayat dengan tenang dan dalam iman
  12. Memberi dukungan masa duka cita
  13. Konsultasi melalui telepon

TEMPAT LAYANAN PALIATIF

Kegiatan perawatan paliatif dapat dilakukan melalui :

    • Layanan Paliatif di rumah : Hospice Home Care, Home Visit
    • Layanan Paliatif Rawat Jalan : poli paliatif
    • Layanan Paliatif Rawat Inap DI Rumah Sakit

KAPAN PERAWATAN PALIATIF SEBAIKNYA DIBERIKAN?

Sesuai definisi yang baru, WHO menganjurkan perawatan paliatif tidak hanya pada pasien yang telah sampai pada stadium terminal, namun sebaiknya dimulai lebih awal sesuai kebutuhan pasien dan keluarga. Namun prinsionya bila pasien mengalami penderitaan dan keluarga menglami kesulitan dalam merawat pasien

TIM PERAWATAN PALIATIF

Untuk dapat mencapai tujuan perawatan paliatif sehingga dapat mengurangi penderitaan pasien dan beban keluarga serta mencapai kualitas hidup yang lebih baik, diperlukan sebuah tim yang bekerja secara terpadu yang melibatkan berbagai disiplin dan spesialis, dan bidang psikologi, sosial dan spiritual. Perawatan paliatif juga sangat membutuhkan tenaga relawan.  Dengan prinsip interdisipliner, tim paliatif secara berkala melakukan diskusi untuk melakukan penilaian dan diagnosis, untuk bersama pasien dan keluarga membuat tujuan dan rencana perawatan paliatif, serta melakukan monitoring dan follow up.


dharmais.jpg
08/Mar/2021

PRINSIP PERAWATAN PALIATIF​​ 

DAN IMPLEMENTASINYA DALAM DUNIA KESEHATAN DEWASA INI

Maria A. Witjaksono

 

Mengurangi penderitaan adalah menjadi hal yang sangat penting dalam setiap layanan kesehatan ketika usaha untuk mencapai kesembuhan tidak lagi memungkinkan. ​​ Hal tersebut sangat diharapkan oleh pasien dan keluarganya dan mereka memiliki hak untuk mengharapkannya. ​​ Oleh karena itu, setiap tenaga kesehatan memiliki tanggung jawab untuk menyediakannya bila indikasi ditemukan” Derek Doyle, 1999​​ 

Meningkatnya angka harapan hidup membawa resiko​​ makin tingginya insiden dan prevalensi​​ penyakit kanker.​​ Dengan kemajuan ilmu dan tehnologi kedokteran, pasien dengan penyakit penyakit tersebut saat ini dapat​​ memilki harapan hidup lebih lama, namun sebagian besar akhirnya akan meninggal karena penyakitnya.​​ Di Indonesia, khususnya karena sebagian besar pasien mencari pertolongan medis pada stadium lanjut, angka harapan hidup lebih rendah bila dibanding dengan negara maju.​​ Penderitaan yang dialami oleh pasien dan keluarga akibat penyakit tersebut seperti munculnya gejala fisik yang berat, gangguan psikologis, kesulitan sosial, masalah spiritual memerlukan pendekatan terintegrasi dari berbagai disiplin ilmu dan berkelanjutan.

Integrasi perawatan paliatif ke dalam penatalaksanaan kanker terpadu dan penyakit lain yang belum dapat disembuhkan telah lama dianjurkan oleh Badan Kesehatan Dunia,WHO. ​​ 

Perawatan Paliatif merupakan pendekatan yang efektif ​​ bagi pasien yang penyakitnya tidak dapat disembuhkan, bertujuan untuk mengurangi penderitaan dan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarganya dengan mengantisipasi masalah yang mungkin timbul dan meminimalkan dampak dari progresifitas penyakit sehingga pasien dapat berfungsi semaksimal mungkin sesuai dengan kondisinya sebelum akhirnya meninggal. ​​ 

Pada saat pengobatan kuratif belum mampu memberikan kesembuhan yang diharapakan dan usaha preventif baik primer maupun sekunder belum terlaksana dengan baik sehingga sebagian besar pasien ditemukan dalam stadium lanjut, perawatan paliatif sudah semestinya menjadi satu satunya layanan fragmatis dan jawaban yang manusiawi bagi mereka yang menderita akibat penyakit- penyakit tersebut di atas. ​​ 

Di Indonesia, Perawatan paliatif ​​ telah dituangkan ke dalam Sistem Kesehatan Nasional,​​ dengan SK Menkes No.812/Menkes/SK/VII/2007, tentang ”Kebijakan Perawatan Paliatif”. ​​ Namun dalam implementasinya ditemukan beberapa hambatan, sehingga perkembangannya sangat lamban di banding dengan negara negara lain di Asia Tenggara.​​ 

Topik ini akan membahas tentang Prinsip Penatalaksanaan Perawatan Paliatif, implementasi Perawatan Paliatif dewasa ini dan gagasan ​​ pengembangannya agar layanan kesehatan menjadi efektif dan efisien terutama di era BPJS

 

Definisi:

Perawatan paliatif adalah suatu pendekatan untuk mencapai kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa dengan mencegah dan mengurangi penderitaan melalui identifikasi dini, ​​ penilaian yang seksama dan pengobatan nyeri dan masalah masalah lain, baik masalah fisik, psikososial dan spiritual

         (WHO, 2002)

Di tahun 2005​​ WHO menganjurkan perawatan paliatif​​ menjadi bagian yang terintegrasi dalam penatalaksanaan kanker,​​ tidak hanya pada pasien yang telah sampai pada stadium terminal, namun sebaiknya dimulai lebih awal sesuai kebutuhan pasien. ​​ Progresifitas penyakit dapat berlainan diantara pasien dan tidak selalu mengikuti pola yang ada. ​​ Mengetahui kapan sebaiknya perawatan paliatif diberikan sangat penting bagi tiap- tiap pasien dan hal ini memerlukan pengetahuan yang memadai tentang dasar dan perjalanan penyakit serta patofisiologi gejala yang ada.​​ 

Comprehensive Cancer Care

E:\scan\gambar 3.jpg

 

Skema di atas menunjukkan bahwa​​ perawatan palaitif dapat dimulai sejak diagnosis kanker ditegakkan atau bahkan​​ ketika diagnosa belum ditegakkan, bila pasien mengalami penderitaan.​​ ​​ Skema tsb juga menggambarkan bahwa​​ perawatan paliatif memiliki peranan yang semakin besar dengan perjalan penyakit yang semakin lanjut.

 

PRINSIP-PRINSIP PERAWATAN PALIATIF

  • Menghilangkan nyeri dan gejala fisik lain

  • Menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal

  • Tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian

  • Menghindari tindakan yang sia sia

  • Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial dan spiritual

  • Memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin

  • Pasien adalah pemegang peran utama dalam pengambilan keputusan

  • Memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita

  • Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya

 

Menghilangkan nyeri dan gejala fisik lain

Tujuan perawatan paliatif yang terutama adalah mengurangi penderitaan pasien. Nyeri dan gejala fisik lain​​ yang tidak tertangani dengan baik adalah sumber penderitaan pasien dan keluarga.​​ Di dalam perawatan paliatif, nyeri dikategorikan dalam kondisi darurat yang harus segera mendapatkan tatalaksana. Bila tidak, nyeri akan menimbulkan atau memperberat gejala fisik lain seperti mual/muntah, gangguan tidur, kehilangan nafsu makan, gangguan mobilisasi dan dalam melakukan aktifitas yang pada akhirnya mengurangi kualitas hidup pasien dan meningkatkan beban keluarga.​​ Sebaliknya, nyeri akan meningkat bila gejala lain tidak tertata laksanan dengan baik. Penyebab nyeri atau gejala lain pada pasien kanker dapat diakibatkan oleh kanker itu sendiri, tindakan diagnosa atau pengobatan yang diberikan, kondisi tirah baring dan komorbiditas.

Prinsip penatalaksanaan nyeri dan gejala lain meliputi: a. atasi penyebabnya bila memungkinkan, b. Medikamentosa dan c. Non medikamentosa

Dalam penatalaksanaan nyeri atau gejala lain juga sangat perlu memperhatikan:

Prognosis/disease progression

Functional status

Goal of tratment

Previous treatment

Other symptoms

Co-morbidity

Psychosocial and spiritual aspects

Patient’s wishes

Penatalaksanaan gejala secara simtomatis harus diberikan sebelum tindakan kausatif dilakukan atau ketika tindakan kausatif belum memberikan hasil yang diharapkan, atau tidak dapat dilakukan oleh karena suatu sebab. ​​ 

Menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal

Perawatan paliatif sangat menghormati kehidupan, dan memandang kematian adalah bagian dari kehidupan. ​​ Oleh karena itu, pasien dengan kondisi apapun tanpa memperhatikan berapa umur yang tersisa akan diperlakukan dengan baik. ​​ Perawatan paliatif mengajak pasien untuk dapat menghargai kehidupan, dan memakai sisa waktu yang ada dengan ​​ berkualitas, misalnya dengan ​​ menyelesaikan masalah masalah yang masih ada, dan mencapai harapan ​​ yang masih ingin dicapai secara rasional.

Tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian​​ 

Perawatan Paliatif bukan Etanasia. ​​ Tindakan yang dilakukan atau tindakan ​​ yang tidak dilakukan bertujuan untuk meringankan penderitaan pasien dan mengurangi beban keluarga, dan bukan untuk mempercepat kematian atau menghambat proses kematian.​​ Kematian diijinkan berlangsung selama alamiah.​​ Sehingga ketika penyakit berlangsung progresif dan ​​ penyebab kematian tidak dapat diatasi, segala tindakan yang tidak bermanfaat​​ mungkin dapat​​ dihentikan atau tidak diberikan.​​ 

Menghindari tindakan yang sia sia

Kualitas meninggal menjadi salah satu ciri dan tujuan dalam perawatan paliatif.  ​​​​ Namun kematian masih​​ sering​​ dianggap sebagai suatu kegagalan, baik oleh tenaga kesehatan maupun keluarga. ​​ Kematian seolah olah dianggap sebagai musuh, sehingga harus dicegah. Memberikan​​ tindakan maksimal seringkali dianggap melakukan hal​​ terbaik​​ oleh keluarga​​ ketika menghadapi kematian. Selain itu,​​ sebagaian besar​​ dokter​​ terus​​ berusaha agar pasien tidak meninggal sehingga memberikan apa saja yang bisa menghentikan proses kematian. ​​​​ Tanpa disadari kita mungkin telah sering ​​ memberikan tindakan yang sia sia, yang menambah penderitaan pasien demi usaha kita mencegah proses kematian. Bila hal itu terjadi, pasien kehilangan kesempatan untuk dapat meninggal secara alamiah. ​​ 

Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial dan spiritual

Aspek psikologis, sosial, spiritual dan aspek fisik tidak dapat dipisahkan satu sama lain. ​​ Masing masing saling berhubungan dan mempengaruhi. Gejala fisik tidak dapat tertangani baik tanpa memperhatikan dan menatalaksana gangguan psikologis, kesulitan sosial dan masalah spiritual. ​​ Oleh karena itu, semua aspek diatas harus diperhatikan dan ditatalaksana secara terintegrasi untuk ​​ mencapai tujuan perawatan paliatif yaitu mencapai kualitas hidup dan meninggal dengan bermartabat

Memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin

Dalam Perawatan Paliatif, pasien dianjurkan untuk dapat mandiri dan dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan kondisi yang ada. ​​ Dengan demikian pasien akan memiliki​​ semangat untuk bertahan karena dihargai haknya dan diberi kesempatan untuk melakukan apa yang bisa dan ingin dilakukan. Dengan melakukan hal tsb, ​​ tanpa disadari pasien mampu bertahan hidup lebih lama.

Pasien adalah pemegang peran utama dalam pengambilan keputusan

Dalam ​​ perawatan paliatif, pasien memiliki hak untuk menentukan tindakan apa yang akan dijalani atau tidak akan dijalani dan turut dalam pengambilan keputusan​​ dalam rencana perawatan. ​​ Dengan demikian, komunikasi menjadi hal yang angta penting.​​ Komunikasi dengan pasien dan keluarga berdasarkan prinsip pasien memiliki hak untuk mengetahui kondisi sebenarnya, tetapi juga berhak untuk tidak mengetahui bila dikehendaki. ​​ Informasi yang diberikan diharapkan agar pasien mampu memahami kondisi apa yang terjadi, menerima dan beradapatsi dengan segala keterbatasan yang ditimbulkan oleh kondisi yang ada.​​ Bila kondisi ​​ pasien tidak lagi memungkinkan untuk mengambil keputusan karena kemampuan kognitifnya menurun, keluarga yang ditunjuk oleh​​ pasien​​ akan menggantikan perannya. Hal ini seringkali tidak mudah bagi keluarga. Oleh karena itu, dalam perawatn paliatif, ​​ Advanced Care Planning sebaiknya dilakukan jauh hari sebelum kondisi pasien tidak mampu membuat keputusan.

Memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita

Klien dalam perawatan paliatif bukan hanya pasien tetapi juga keluarganya. ​​ Setelah pasien meninggal,​​ beban dan penderitaan keluarga mungkin belum selesai. ​​ Pendampingan oleh tim paliatif diperlukan agar keluarga dapat menerima kepergian tsb dengan baik, dan mampu beradaptasi dengan kehidupan baru tanpa almarhum/almarhumah. ​​ Pendampingan dilakukan samapi masa duka cita berakhir, yang biasanya berlangsung 13 bulan setelah pasien meninggal.

Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya

Penderitaan yang dialami pasien dan beban yang ditanggung keluarga akibat penyakit kanker sangat kompleks. Tidak ada satu profesipun yang mampu menatalaksana sendiri.​​ Oleh karena itu diperlukan tim paliatif yang terdiri dari berbagai disiplin dan profesi seperti tenaga medis yang terdiri dari berbagai spesilais termasuk spesialis paliatif, perawat, fisioterapis dan terapis lain, psikolog, petugas sosial medik, rohaniawan dan relawan. ​​ Pasien dan keluarga juga menjadi bagian dalam tim paliatif. Tim paliatif berpijak pada pengertian yang sama tentang kondisi pasien akan bersama sama menentukan tujuan perawatan paliatif bagi masing masing pasien dan keluarga. Karena kondisi pasien bersifat dinamis, tujuan perawatan mungkin akan berubah disesuaikan dengan tahapan dalam fase paliatif.

Implementasi Perawatan Paliatif dalam praktek medis

Prinsip –prinsip​​ ​​ tsb dalam praktek paliatif​​ diterjemahkan dalam kegiatan sbb:

  • Penatalaksanaan gejala

  • Komunikasi​​ dengan pasien dan keluarga​​ 

  • Pembuatan keputusan

  • Pemberian​​ dukungan psikologis, sosial dan spiritual

  • Perawatan​​ pada masa akhir​​ kehidupan

  • Perawatan masa dukacita

 

 

Prinsip prinsip tersebut dapat​​ diterapkan di setiap jenjang layanan kesehatan, baik layanan primer termasuk homecare, layanan sekunder maupun layanan tersier. ​​ Tempat layanan bagi pasien Rumah Sakit dapat dilakukan di poliklinik, ​​ rawat inap, IGD, ICU atau rawat singkat tergantung dari kondisi pasien dan tujuan dari tindakan.

Khusus bagi pasien​​ stadium terminal, perawatan paliatif sebaiknya dilakukan di rumah pasien agar​​ dapat lebih memberikan rasa nyaman baik bagi pasien dan keluarga. Oleh karena itu, persiapan sebelum pasien dipulangkan dari rumah sakit menjadi penting, termasuk obat dan alat kesehatan yang diperlukan serta kemampuan keluarga dalam memberikan perawatn di rumah. ​​ Kerjasama antara petugas RS dan petugas kesehatan di layanan primer serta sistem rujukan ​​ dua arah harus diterapkan agar layanan paliatif menjadi efektif dan efisien.​​ 

Hal hal yang diperlukan agar Perawtan Paliatif dapat berkembang

Kebutuhan akan perawatan paliatif tidak dapat dihindari sehubungan dengan makin meningkatnya jumlah pasien kanker dan pasien dengan penyakit lain yang belum dapat disembuhkan. ​​ Dengan sudah dituangkannya program perawatan paliatif ke dalam Sistem Kesehatan Nasional ​​ perawatan paliatif kini menjadi bagian dari penatalaksanaan penyakit kanker di Indonesia yang perlu terus dikembangkan​​ agar penatalaksanaan pasien kanker menjadi lebih efektif dan efisien.​​ Untuk mencapai hal tsb diperlukan keterlibatan dan kerjasama​​ dari berbagai pihak​​ seperti

  • Sektor​​ Pendidikan:

Sektor pendidikan sangat penting untuk menyiapkan tenaga paliatif yang handal. Modul paliatif sebaiknya dapat masuk dalam kurikulum pendidikan dokter umum dan spesialis, IKM, keperawatan, psikologi, dll

 

  • Pemerintah:

Kebijakan Pemerintah​​ dalam membuat program paliatif ​​ harus​​ jelas dalam hal​​ 

 

  • DEFINISI

  • MODEL​​ LAYANAN DI SETIAP JENJANG LAYANAN KESEHATAN DAN ​​ SISTEM RUJUKAN 2 ARAH​​ 

  • SUMBER DAYA MANUASIA

  • BAGAIMANA MENGAKSES ​​ LAYANAN PALIATIF

  • KETERSEDIAAN OPIOID DAN OBAT OABAT LAIN

  • SISTEM PENDUKUNG

  • STRUKTUR ORGANISASI

  • DOKUMENTASI

  • PANDUAN LAYANAN PALIATIF DAN ASSESSMENT TOOLS​​ 

  • KUALIATAS DAN KEAMANAN​​ 

  • SISTEM ​​ PELAPORAN​​ 

  • KEBIJAKAN DALAM PENELITIAN DI BIDANG PALAITIF​​ 

 

 

  • ​​ Masyarakat​​ 

Pendidikan terhadap masyarakat tentang perawatan palaitif diperlukan untuk menimbulkan kesadaran tentang perlunya keterlibatan mereka dalam merawat pasien, terutama dalam stadium lanjut dan terminal.


POI logo

Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) adalah organisasi perhimpunan profesi seminat yang beranggotakan dokter spesialis dalam bidang onkologi.

Copyright POI Jaya 2025. All rights reserved.