Radioterapi untuk Kanker Paru
Radioterapi untuk Kanker Paru
Dewi Syafriyetti Soeis Marzaini
Instalasi Radioterapi RS Kanker “Dharmais”
Apa yang dimaksud dengan radioterapi?
Radioterapi atau terapi radiasi adalah jenis pengobatan yang menggunakan sinar X (foton) atau elektron berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker. Radiasi biasanya diberikan dari luar tubuh oleh sebuah mesin pembangkit radiasi yang disebut linear accelerator (linac)(Gambar 1). Terapi ini bersifat lokal, yaitu hanya tertuju pada daerah tubuh yang mendapat radiasi saja. Terapi radiasi diberikan oleh dokter ahli onkologi radiasi.
Gambar 1. Alat linear accelerator
Anatomi Paru-Paru
Setiap orang memiliki 2 paru-paru; paru kanan terdiri dari 3 bagian (lobus), sedangkan paru kiri memiliki 2 lobus (Gambar 2). Paru kiri lebih kecil dari kanan karena berbagi ruangan dengan jantung. Udara yang dihirup dari hidung akan masuk ke paru-paru melalui jalan napas (trakhea). Selanjutnya trakhea bercabang dua memasuki paru-paru menjadi bronkhuskanan dan kiri. Setelah masuk paru-paru, jalan napas bercabang-cabang lagi dan berukuran lebih kecil yang disebut bronkhiolus. Di ujung-ujung bronkhiolus terdapat kantung-kantung kecil berisi udara yang disebut alveolus (jamak: alveoli). Di dalam alveoli inilah terjadi pertukaran udara, yaitu diserapnya oksigen ke dalam darah dan keluarnya karbondioksida dari dalam darah ke udara luar.
Gambar 2. Anatomi paru-paru dan jalan napas
Kanker Paru
Kanker paru adalah tumor ganas yang muncul dari lapisan yang melapisi bronkhus, bronkhiolus atau alveolus. Terdapat dua kelompok besar kanker paru, yaitu:
Kanker paru bukan sel kecil atau non-small cell lung cancer (NSCLC);
Kanker paru sel kecil atau small cell lung cancer (SCLC).
Sebanyak 80-85% kasus kanker paru adalah NSCLC, sedangkan 15-20% sisanya adalah SCLC. Jenis NSCLC selanjutnya terdiri dari 3 subtipe, yaitu adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa, dan karsinoma sel besar.
Stadium untuk NSCLC dan SCLC dilakukan dengan cara yang berbeda. Stadium NSCLC mengikuti American Joint Committee on Cancer (AJCC) dan Union International Contre le Cancer (UICC) yang terdiri dari empat stadium, yaitu stadium I sampai IV.Stadium SCLC dibuat oleh the Veteran Affairs Lung Study Group menjadi “limited disease (LD)” and “extensive disease (ED)”. Stadium LD adalah penyakit yang terbatas pada satu sisi dada saja, sedangkan ED adalah penyakit yang sudah meluas di luar rongga dada satu sisi.
Kapan radioterapi diberikan?
Radioterapi merupakan salah satu bentuk terapi utama pada kanker paru, baik untuk tujuan kuratif (kesembuhan) maupun paliatif (mengurangi gejala). Pemberian radioterapi pada kanker paru tergantung pada jenis dan stadium penyakit.Radioterapi kuratif merupakan salah satu pilihan terapi pada NSCLC stadium I-III, sedangkan radioterapi paliatif diberikan untuk NSCLC stadium IV.
Pada SCLC stadium LD, radioterapi penting sebagai salah satu cara pengobatan karena tumor ini bersifat sensitif terhadap radiasi. Namun, radioterapi tidak berperan banyak pada SCLC stadium ED. Kadang-kadang diberikan radiasi pada otak sebelum tampak metastasis. Tindakan ini disebut prophylactic cranial irradiation (PCI).
Kanker paru bukan sel kecil (NSCLC).
Pada NSCLC, radioterapi dapat diberikan sebagai:
Terapi tambahan (ajuvan) setelah operasi (radioterapi saja atau kombinasi radioterapi dan kemoterapi) untuk membunuh sel-sel kanker yang masih ada di sekitar lokasi operasi. Biasanya diberikan dosis total 50 Gy dalam fraksi-fraksi kecil 1,8-2 Gy;
Terapi sebelum operasi (neoajuvan), biasanya bersama dengan kemoterapi, untuk mengecilkan ukuran tumor sehingga lebih mudah dioperasi. Dosis total umumnya 45-50 Gy yang diberikan dalam fraksi-fraksi kecil sebesar 1,8-2 Gy;
Terapi utama (kadang-kadang bersama dengan kemoterapi), khususnya jika tumor tidak dapat dioperasi karena ukuran atau lokasinya, atau karena pasien tidak cukup sehat untuk menjalani operasi, atau jika pasien tidak mau menjalani operasi. Dosis total dapat diberikan 60-74 Gy dalam fraksi-fraksi kecil 2 Gy jika pasien dapat mentoleransi;
Terapi lokal tumor yang menyebar, misalnya metastasis di otak atau kelenjar anak ginjal (adrenal);
Terapi paliatif, yaitu terapi untuk mengurangi gejala-gejala akibat kanker stadium lanjut, seperti gejala nyeri, perdarahan, kesulitan menelan, batuk, atau masalah-masalah lain yang disebabkan penyebaran tumor ke tempat lain seperti ke otak.
Kanker paru sel kecil (SCLC)
Pada SCLC, radioterapi diberikan bersamaan waktu dengan kemoterapi pada SCLC stadium terbatas untuk mengobati tumor dan kelenjar getah bening dada. Pemberian kemoterapi dan radioterapi sekaligus disebut concurrent chemoradiation. Radiasi dapat diberikan pada kemoterapi siklus pertama atau kedua.Dosis dapat diberikan 1,5 Gy dua kali sehari sampai total dosis 45 Gy atau 1,8-2 Gy per hari sampai 60-70 Gy.
Radioterapi dapat juga diberikan setelah kemoterapi selesai kepada pasien SCLC stadium luas atau pasien dengan stadium terbatas yang tidak dapat mentoleransi kemoradiasi sekaligus;
Sekitar 50% pasien SCLC akan mengalami metastasis ke otak. Radioterapi dapat diberikan pada otak sebagai terapi pencegahan yang disebut prophylactic cranial irradiation (PCI). Dosis yang dianjurkan adalah 25 Gy dalam 10 fraksi atau 30 Gy dalam 10-15 fraksi.
Terakhir, radioterapi diberikan untuk mengecilkan tumor atau untuk meredakan gejala-gejala terkait kanker paru, seperti perdarahan, kesulitan menelan, batuk, napas tersengal-sengal, nyeri tulang dan masalah lain akibat penyebaran ke organ-organ lain seperti otak. Bentuk terapi ini disebut radioterapi paliatif.
Bagaimana Radioterapi Diberikan?
Sebagian besar radioterapi diberikan dengan radiasi eksternal atau external beam radiotherapy (EBRT). Pada teknik ini, mesin mengarahkan berkas sinar dari luar tubuh ke dalam tumor. Sebelum radiasi dimulai, tim radioterapi akan menentukan sudut-sudut yang tepat untuk mengarahkan sinar agar dosis yang efektif sampai ke tumor. Harus dihitung agar dosis terbesar dapat sampai ke tumor di paru dengan sedikit dosis pada organ-organ sekitarnya yang penting, seperti jantung dan esofagus (kerongkongan). Tahap ini disebut simulasi dan planning. Penentuan dosis dan area penyinaran dibantu dengan CT scan.
Setiap terapi hanya berlangsung beberapa menit, tetapi butuh waktu lebih lama untuk mempersiapkan alat dan posisi pasien. Terapi biasanya berlangsung 5 hari seminggu selama 5-7 minggu. Perkembangan teknologi memungkinkan area penyinaran dipertajam secara 3 dimensi, yang disebut 3D-conformal radiation therapy (3D-CRT). Dengan teknik ini, berkas radiasi diarahkan sedemikian rupa dari berbagai arah mengikuti bentuk tumor sehingga tidak banyak jaringan sehat yang ikut terpapar radiasi (Gambar 3).
Gambar 3. Linear accelerator untuk 3D-conformal radiotherapy
Efek Samping Radioterapi
Pasien kanker paru yang mendapat radioterapi umumnya mengalami kelelahan (fatigue) dan kehilangan nafsu makan. Jika radiasi diberikan ke daerah leher atau bagian tengah dada, pasien juga dapat mengalami sakit tenggorokan dan kesulitan menelan. Pada kulit dapat terjadi iritiasi dan kemerahan seperti terbakar sinar matahari. Sebagian besar efek samping menghilang segera setelah terapi selesai.
Jika terapi radiasi mengiritasi atau menimbulkan reaksi radang di paru, dapat muncul gejala-gejala batuk, demam atau napas tersengal-sengal beberapa bulan atau kadang-kadang beberapa tahun setelah radioterapi selesai. Sekitar 15% pasien mengalami keadaan ini, yang disebut pneumonitis radiasi. Pneumonitis radiasi ringan tidak memerlukan pengobatan dan akan hilang dengan sendirinya. Namun, pada pneumonitis radiasi yang berat, diperlukan terapi kortikosteroid, misalnya tablet prednison.
Radioterapi juga dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut yang permanen pada jaringan paru di lokasi tumor. Biasanya, jaringan parut ini tidak menyebabkan gejala. Namun, jaringan parut yang berat dapat menyebabkan batuk permanen dan kesulitan bernapas.
Daftar Pustaka
AJCC Cancer Staging Manual, 6th Edition. New York: Springer-Verlag, 2002.
Micke P, Faldum A, Metz T, et al. Staging small cell lung cancer: Veterans Administration Lung Study Group versus International Association for the Study of Lung Cancer—What limits limited disease. Cancer. 2003;37:271-6.
American Cancer Society. Lung Cancer (Non-Small Cell). 2015. Diunduh dari: http://www.cancer.org/cancer/lungcancer-non-smallcell/detailedguide/non-small-cell-lung-cancer-treating-radiation-therapy.
American Cancer Society. Lung Cancer (Small Cell). 2015. Diunduh dari: http://www.cancer.org/cancer/lungcancer-smallcell/detailedguide/small-cell-lung-cancer-treating-radiation-therapy.
American Society of Clinical Oncology (ASCO).2015. Lung Cancer - Non-Small Cell: Treatment Options. Diunduh dari: http://www.cancer.net/cancer-types/lung-cancer-non-small-cell/treatment-options.